Minggu, 01 Oktober 2017

Hari 30 September

Hari ini 1 Oktober diperingati sebagai hari Kesaktian Pancasila. Kesaktian Pancasila diperingati sebagai tanda adanya peristiwa paling penting bagi bangsa ini, percobaan kudeta untuk mengganti idelogi negara. September 1965 menjadi bulan kelabu bagi bangsa kita, partai berideologi komunis dianggap sebagai dalangnya.Kesaktian Pancasila selalu gegap gempita diperingati setiap tahunnya saat orde baru. Terlebih setiap tanggal 30 September selalu ditayangkan film tentang kudeta yang gagal yang mengakibatkan beberapa jenderal menjadi korbannya. Namun, tidak hanya itu ratusan ribu bahkan jutaan manusia harus menjadi korban juga. Banyak pembantaian terjadi yang luput dari catatan sejarah.

Namun, saya tidak membahas apa yang terjadi saat itu. Kali ini saya akan menyinggung bagaimana orang Madura menanggapi peristiwa 30 September itu. Bagaimana tiba-tiba banyak orang menjadi peduli dengan ideologi asal Eropa timur ini.Pasca orde baru peringatan 30 September seakan tenggelam, label bekas anggota partai mulai dihilangkan. Sebelumnya keluarga anggota partai selalu dikucilkan dan dibuang dari haknya sebagai warga negara.  

Namun, saat era reformasi masyarakat mulai tidak mempermasalahkan sejarah. Terlebih pemerintah saat itu dengan alasan hak asasi mulai memperbaikinya keaadan. Alasan lainnya juga lantaran ideologi ini mulai ditinggal bahkan di negara asalnya di belahan Eropa. Kapitalisme dan liberalisme terlalu kuat melahap idelogi sosialis.

Di Madura, semenjak saya kecil hanya heboh saat tanggal 30 September saja sebab pada hari itu seharian diputar filmnya di stasiun tv. Saat itu hanya ada 5 stasiun saja dan semuanya menayangkan film buatan tahun 70an itu.

Pasca reformasi bahkan cenderung tidak ada hal serius tentang peristiwa 30 september. Orang Madura adem ayem, tidak ada kekhawatiran tentang terulangnya kejadian puluhan tahun lalu. Orang Madura justru lebih takut tanahnya dikuasai orang luar Madura.

Namun, sayang, baru tahun ini saja orang Madura mulai heboh. Entah karena memang paham akan peristiwa 30 September itu, atau hanya sekedar meramaikan isu saja. Hal ini yang masih menjadi tanda tanya bagi saya.

Sempat dalam beranda media sosial saya, saya membaca beberapa status yang cukup mengelus dada. Salah satunya adalah menyebut semua orang Tionghoa berideologi sama, dalam benak saya apakah dia tahu kenapa Taiwan sampai dimusuhi oleh China? Ya, karena kedua negara satu rumpun ini berbeda ideologi. Hal ini mengartikan jika tidak semua orang paham akan tentang ideologi yang dilarang disebut oleh orde baru ini.

Dalam tataran pemahaman ideologi saja masih banyak belum paham, apalagi membahas kepentingan dibalik peristiwa 1965. Teori konspirasi akan terasa begitu sulit dimengerti bagi mereka yang yang hanya ikut-ikutan saja. Sejarah memang milik penguasa, karena mereka yang berhak menulis sejarah.