Senin, 21 Desember 2015

Realita Wisata Madura

Potensi wisata di Pulau Madura tidak perlu diragukan. Berbagai pilihan wisata (sebenarnya) terdapat di Madura, mulai wisata alam, budaya, kuliner, religi, hingga wisata minat khusus. Namun, semua potensi itu akan sia-sia jika tidak ada pengelolaan yang baik. Banyak lokasi wisata di Madura yang sebenarnya berpotensi untuk mendatangkan wisatawan, tidak hanya wisatawan lokal, melainkan wisatawan asing juga. Namun, realita yang terjadi tidak seindah yang kita bayangkan bahwa Pulau Madura bisa menjadi jujukan tempat wisata, apalgi bisa bersaing dengan tempat lain yang sudah populer. Berbagai kendala dan persoalan seolah membayangi pariwisata Madura, mulai dari fakto sarana dan prasarana penunjang, hingga faktor promosi yang sebenarnya mudah.



Lalu tanggung jawab siapa dalam pengembangan wisata ini. Tentunya pasti akan langsung menyebut pemerintah daerah sebagai pemangku wilayah. Namun, sejatinya bukan hanya tanggung jawab pemda saja dalam pengembangan wisata. Masyarakat juga memiliki peranan penting dalam pengembangan wisata. Pemda disini hanya berurusan dengan pengembangan dan perawatan prasarana, serta promosi secara formal. Sedangkan masyarakat yang bertanggung jawab pada pengondisian iklim wisata yang nyaman dan ramah bagi wisatawan. Kita sering mendengar banyak kejadian dimana calon wisatawan enggan berkunjung karena merasa tidak nyaman dan bahkan merasa tidak aman. Masyarakat dan pemda memang harus besinergi dalam hal pengembangan wisata, tidak bisa beraksi sendiri.

Jika keduanya masih belum bisa serasi, maka pengembangan wisata daerah akan jalan ditempat. Banyak lokasi wisata baik buatan maupun wisata alam yang sekarang kurang lagi diminati karena tidak ada perawatan dan pengembangan lanjut. Akhirnya, banyak calon wisatawan yang berinisiatif mencari sendiri info tentang lokasi wisata yang ada di sebuah daerah. Memang, kita sekarang hidup dalam cepatnya akses informasi, membuat siapa saja bisa dengan mudah menyebarkan informasi. Dalam konteks ini, pengembangan wisata akan berhubungan erat dengan promosi baik secara langsung atau tidak. Dahulu mungkin dulu hanya bisa dilakukan dengan penyebaran brosur buatan pemda di pameran wisata. Namun, sekarang langkah yang efektif justru menggunakan media sosial, karena mayoritas masyarakat memiliki akun media sosial.

Hal yang menarik adalah muncul beberapa lokasi wisata yang yang justru menjadi populer karena media sosial. Informasi ala kadarnya serta foto apa adanya justru bisa menarik minat banyak orang. Fenomena ini belakangan terjadi di dunia media sosial. Akhirnya, beberapa lokasi wisata baru bermunculan karena kehebohan di media sosial tadi. Katakanlah beberapa bekas tambang batu kapur yang menjadi populer dijadikan lokasi wisata alternatif, kemudia beberapa pantai yang lokasinya tersembunyi kemudian ramai dikunjungi. Popularitas beberapa lokasi wisata di Madura saat ini didongkrak oleh Media sosial.

Rabu, 02 Desember 2015

Kekuataan Foto Dalam Promosi Wisata

Beberapa waktu kemarin Jogjakarta dihebohkan dengan peristiwa pengerusakan taman bunga amarylis oleh pengunjung. Saya bilang dirusak karena pengunjung datang dan berfoto-foto tanpa memperhatikan kondisi taman, mereka menginjak tanaman hanya untuk bisa berfoto. Sungguh hal yang sangat disayangkan, padahal bunga Amarylis ini konon hanya berbunga sekali dalam setahun. Pengunjung berbondong mendatangi taman bungan ini lantaran karena sebelumnya ada sebuah foto yang diunggah di instagram, akhirnya banyak orang penasaran unutk mendatangi langsung.



Melihat foto memang adalah hal yang pertama dilakukan orang saat akan berwisata. Foto-foto tentang sebuah lokasi wisata akan menjadi daya tarik bagi calon wisatawan. Foto yang bagus akan membuat wisawatan penasaran dan kemudian akan mendatangi tempat wisata tadi. Banyak lokasi wisata yang menjadi populer berkat adanya foto-foto yang disebarkan, baik oleh pengelola atau dari pengunjung.

Saat ini, dunia pariwisata tidak dapat dipisahkan dari promosi visual. Promosi visual memang lebih menjual daripada promosi yang hanya berupa teks. Banyak lokasi wisata yang sengaja menampilkan hanya foto-foto dan video di websitenya. Memang, langkah ini terbukti berhasil menarik minat pengunjung. Para wisatawan akan berbondong berkunjung hanya karena melihat sebuah fot saja. 



Realita yang terjadi adalah tempat wisata yang dikelola oleh pihak swasta cenderung lebih menarik dalam segi promosinya. Pengelola swasta ini lebih menampilkan promosi dengan format selalu baru. berbeda jauh dengan lokasi wisata yang masih dikelola oleh pemerintah, cenderung ketinggalan jaman. Tidak jarang sarana promosi memakai foto-foto lama yang sudah berbeda dari kondisi sebenarnya.

Jika berbicara tentang Pulau Madura, menurut saya wiasata Madura masih belum dipandang sebuah aset berharga yang seharusnya segera dikembangkan dan dibenahi. Pariwisata Madura sebenarnya merupakan asest yang cukup menjanjikan, terdapat wisata pantai, kuliner, budaya, religi, dan bahkan wisata minat khusus seperti wisata bawah laut atau memancing. Kalau masih belum dipandang bagaimana mau mempromosikan secara maksimal? Media promosi yang digunakan juga terkesan jadul, terlebih foto yang dipakai juga foto lama yanmg jauh berbda dengan kondisi yang ada.



Justru realita yang terjadi saat ini adalah  wisata di Madura lebih dikenal karena foto-foto yang diambil oleh pengunjung. Campur tangan pemerintah daerah baru datang setelah lokasi wisata tadi lebih dahulu populer di media sosial. Sebagai contoh adalah bukit Jeddih di Bangkalan, sebelumnya tidak ada yang sadar jika perbukitan kapur ini bisa menjadi lokasi wisata dengan popularitas tinggi. Berkat ribuan foto di media sosial akhirnya bukit Jeddih menjadi begitu populer. 

Kekuatan sebuah foto memang begitu kuat sebagai sebuah sarana promosi wsiata. Tidak hanya menjadi media visual belaka, sebuah foto bisa mewakili keterangan verbal dengan mudah. Cukup melihat foto orang akan tahu, lalu akan tertarik untuk berkunjung. Kemudian akan membuat foto yang sama untuk disebarkan lagi melalui media sosial. 

Selasa, 01 Desember 2015

Transportasi VS Geliat Pariwisata



Baiknya fasilitas sistem transportasi umum secara tidak langsung memengaruhi potensi wisata. Tidak semua wisatawan akan berkunjung dengan kendaraan pribadinya, bahkan sat ini trend wisata backpaker tengah naik daun. Wisatawan tentunya enggan berkunjung ke sebuah tempat wisata yang tidak ramah akses transportasi. Karena tidak semua wistawan akan menggunakan kendaraan pribadinya. Sebagian besar wisatawan  lebih memilih kemudahan menggunakan transportasi umum saat berkunjung.Biaya wisata akan menjadi tinggi jika mesti dikalkulasi dengan biaya transportasi. Dirasa mahal, tentunya akan mengurungkan niat calon wisatawan untuk berwisata.

Kesulitan akses dan transportasi memang seakan menjadi masalah yang tidak kunjung ada solusi. Masalah yang seharusnya bisa segera dicari jalan keluar supaya gairah wisata madura meningkat. Bukan tidak mungkin wisatawan akan enggan berkunjung dan memilih tempat lain karena kemudahan akses dan transportasi umumnya.
Memang, Madura belakangan ini tengah menjadi trending topic berkat Gili labak, bukit jeddih, atau bukit arosbaya, dll.Tempat-tempat diatas disebut-sebut sebagai fenomena wista madura yang begitu populer Tidak jarang berbagai artikel wisata di berbagai media sengaja mengangkat tema wisata madura. Cukup membanggakan karena madura tidak lagi identik dengan wisata kerapan sapi saja.

Realitanya, setiap wisatawan yang kali pertama akan berkunjung selalu menanyakan pertanyaan sama. Adakah transportasi yang bisa membawa ke tempat tersebut. Atau, apakah ada jasa penyewaan kendaraan yang kapan saja bisa digunakan. Masalah transportasi sebenarnya tidak hanya terjadi di madura saja, daerah lain juga mengalami hal yang sama. Namun, daerah lain menyiasati dengan memaksimalkan pusat informasi wisatanya. Sedangkan di madura, dari 4 kabupaten yang ada, hanya beberapa yang benar-benar memfungsikan pusat informasinya.

Selasa, 24 November 2015

Wisata Madura di Era Media Sosial

Meningkatnya jumlah wisatawan ke Madura tidak bisa dilepaskan dari beroperasinya jembatan Suramadu. Semenjak beroperasi pada medio 2009 lalu, kunjungan ke wisatawan ke Madura meningkat. Ibarat sebuah magnet, jembatan Suramadu menarik banyak orang untuk merasakan sensasi menyebrangi selat Madura. Namun, tidak hanya menyebrang saja, kebanyakan juga ingin tahu tentang Pulau Madura, terutama tempat wisatanya.

Wisata kuliner memang merupakan salah satu daya tarik wisatawan unutk mengunjungi Madura. sensasi kelezatan bebek goreng madura begitu tersohor berkat media sosial. Ya, setelah menyebrangi jembatan Suramadu, mayoritas wisatawan akan mendatangi tempat kuliner unutk mengisi perut. Salah satu kuliner yang fenomenal adalah yang berada di Jalan Ketengan Burneh, di tempat ini menjual bebek goreng dengan bumbu khasnya.

Wisata Madura sebenarnya berutang budi pada media sosial. Ribuan foto dan status yang diunggah menjadi penarik minat orang-orang untuk berkunjung ke Madura. Banyak contoh lokasi wisata yang menjadi terkenal karena promosi tidak langsung di media sosial. Bahkan, warga setempat saja tidak tahu kalau di dekatnya ada wisata alam yang cukup terkenal di luar Madura. Jika warga setempat saja tidak tahu, maka jangan berharap pemerintah daerah akan tahu. Meksipun tahu, mereke (pemda) juga kurang memberikan perhatian. Di beberapa lokasi wisata yang seharusnya bisa nejadi sumber pendapatan asli daerah malah dibiarkan dan dikelola liar oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan.

Semakin naiknya jumlah kunjungan wisata ke Madura merupakan berkah bagi perekonomian masyarakat Madura. Sebab, para wisatawan tentunya akan mengeluakan uang untuk membeli makanan pengisi perut, atau mungkin membeli oleh-oleh khas madura. Seharunya hal ini menjadi sebuah peluang jika bisa dikembangkan lebih jauh. Sayangnya, masih belum ada keseriusan, masih banyak wisatwan yang belum tahu apa sebenarnya oleh-oleh khas Madura. Mayoritas hanya mengenal batik tulis Madura, itu saja terkadang masih tertipu oleh batik palsu buatan mesin yang datang dari pulau Jawa.

Kurang seriusnya menggarap potensi wisata juga terlihat dari respon pemerintah daerah. Hampir 7 tahun jembatan Suramadu beroperasi masih belum bisa menyediakan lokasi khusus seperti pusat oleh-oleh resmi atau semacamnya. Akses informasi lokasi wisata juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah, informasi yang ada juga tidak terbarukan. Ironi, wisatawan yang berkunjung justru tahu dari media sosial yang memberikan informasi yang selalu baru. Banyak spot wisata alam di Madura yang terkenal karena media sosial, atau dari mulut ke mulut para wisatawan.


Senin, 23 November 2015

- Taksi Madura -

Tidak sebagus sebutannya, taksi ala madura ini bisa dikatakan jauh dari istilah layak
Kalau bicara tentang taksi di Madura, jangan bayangkan sebuah kendaran model baru dengan argometer seperti kebanyakan kota-kota lain. Bagi orang Madura, taksi ialah sebutan bagi kendaraan  umum seperti angkot di daerah lain. Kemudian muncul istilah naksi  jika menggunakan angkutan umum dari satu tempat ke tempat lainnya. Tidak hanya sebutan bagi angkutan umum di daratan saja, sebutan taksi juga merupakan istilah bagi perahu yang digunakan untuk mengangkut penumpang di kepulauan.
Sayang, tidak sebagus sebutannya, taksi ala madura ini bisa dikatakan jauh dari istilah layak. Selain banyak armada yang sudah tua, jumlah armada yang kurang juga menjadi persoalan. Regulasi yang tidak jelas dan tidak tegas juga turut memperburuk, banyak kendaran plat hitam yang juga ikut menjadi “taksi” tanpa takut dirazia.
Selain itu, sistem trayek yang tidak menentu juga menyumbang rumitnya wajah transportasi umum di Madura. Sangat banyak angkutan umum yang beroperasi tidak sesuai dengan ijin trayeknya. Bahkan, dengan sedikit basa-basi si penumpang bisa saja minta diantar ke tempat tujuannya meskipun jauh dari trayek yang seharusnya, ya mungkin dengan ongkos tambahan. Barangkali hal ini yang membuat istilah taksi terasa cocok dengan angkutan umum Madura karena bisa seenaknya bermain trayek
Persoalan tarif angkutan umum yang tidak seragam semakin membuat wajah transportasi umum di Madura kian buruk. Angkutan umum seenaknya mamatok tarif, terlebih bagi orang yang baru menginjakkan kaki di madura. Budaya tawar-menawar juga diterapkan di transportasi madura, anda beruntng jika bisa naik dengan harga murah berkat kegigihan tawar menawar dengan si kenek, menjadi tidak beruntung jika ternyata ongkos yang anda bayarkan jumlahnya lebih, kalau tidak bertanya si kenek akan diam saja.
Oper angkutan, kejadian yang paling sering dialami oleh hampir semua orang madura yang menggunakan angkutan umum. Jadi, anda dipaksa berganti kendaraan lantaran karena anda hanya satu-satunya penumpang di dalam angkutan umum itu. Hal yang cukup menyusahkan terlebih jika kita membawa barang cukup berat. Beruntung jika si sopir bersedia mencarikan angkutan pengganti, kalau tidak beruntung anda akan diturunkan begitu saja. Bisa dibayangkan jika hal ini terjadi menjelang malam. Anda akan kesulitan saat hendak menggunakan angkutan umum saat sore dan malam hari, mayoritas jam operasional angkutan umum di Madura hanya dari pagi hingga siang. Kalaupun ada yang beroperasi hingga sore hari, itu karena si sopir akan kembali pulang kerumahanya. Otomatis, bukan menjadi kemudahan bagi yang tidak punya kendaraan pribadi ketika hendak bepergian selepas sore hari. 
Saya sebenarnya yakin jika pihak terkait sudah membuat regulasi tentang angkutan umum ini. Tetapi kok sampai saat ini saya belum merasakan dampaknya ya. Mulai dari sejak masih anak-anak hingga sekarang dewasa, masih tidak ada progres positif tentang trasportasi umum di Madura.