Selasa, 24 November 2015

Wisata Madura di Era Media Sosial

Meningkatnya jumlah wisatawan ke Madura tidak bisa dilepaskan dari beroperasinya jembatan Suramadu. Semenjak beroperasi pada medio 2009 lalu, kunjungan ke wisatawan ke Madura meningkat. Ibarat sebuah magnet, jembatan Suramadu menarik banyak orang untuk merasakan sensasi menyebrangi selat Madura. Namun, tidak hanya menyebrang saja, kebanyakan juga ingin tahu tentang Pulau Madura, terutama tempat wisatanya.

Wisata kuliner memang merupakan salah satu daya tarik wisatawan unutk mengunjungi Madura. sensasi kelezatan bebek goreng madura begitu tersohor berkat media sosial. Ya, setelah menyebrangi jembatan Suramadu, mayoritas wisatawan akan mendatangi tempat kuliner unutk mengisi perut. Salah satu kuliner yang fenomenal adalah yang berada di Jalan Ketengan Burneh, di tempat ini menjual bebek goreng dengan bumbu khasnya.

Wisata Madura sebenarnya berutang budi pada media sosial. Ribuan foto dan status yang diunggah menjadi penarik minat orang-orang untuk berkunjung ke Madura. Banyak contoh lokasi wisata yang menjadi terkenal karena promosi tidak langsung di media sosial. Bahkan, warga setempat saja tidak tahu kalau di dekatnya ada wisata alam yang cukup terkenal di luar Madura. Jika warga setempat saja tidak tahu, maka jangan berharap pemerintah daerah akan tahu. Meksipun tahu, mereke (pemda) juga kurang memberikan perhatian. Di beberapa lokasi wisata yang seharusnya bisa nejadi sumber pendapatan asli daerah malah dibiarkan dan dikelola liar oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan.

Semakin naiknya jumlah kunjungan wisata ke Madura merupakan berkah bagi perekonomian masyarakat Madura. Sebab, para wisatawan tentunya akan mengeluakan uang untuk membeli makanan pengisi perut, atau mungkin membeli oleh-oleh khas madura. Seharunya hal ini menjadi sebuah peluang jika bisa dikembangkan lebih jauh. Sayangnya, masih belum ada keseriusan, masih banyak wisatwan yang belum tahu apa sebenarnya oleh-oleh khas Madura. Mayoritas hanya mengenal batik tulis Madura, itu saja terkadang masih tertipu oleh batik palsu buatan mesin yang datang dari pulau Jawa.

Kurang seriusnya menggarap potensi wisata juga terlihat dari respon pemerintah daerah. Hampir 7 tahun jembatan Suramadu beroperasi masih belum bisa menyediakan lokasi khusus seperti pusat oleh-oleh resmi atau semacamnya. Akses informasi lokasi wisata juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah, informasi yang ada juga tidak terbarukan. Ironi, wisatawan yang berkunjung justru tahu dari media sosial yang memberikan informasi yang selalu baru. Banyak spot wisata alam di Madura yang terkenal karena media sosial, atau dari mulut ke mulut para wisatawan.


Senin, 23 November 2015

- Taksi Madura -

Tidak sebagus sebutannya, taksi ala madura ini bisa dikatakan jauh dari istilah layak
Kalau bicara tentang taksi di Madura, jangan bayangkan sebuah kendaran model baru dengan argometer seperti kebanyakan kota-kota lain. Bagi orang Madura, taksi ialah sebutan bagi kendaraan  umum seperti angkot di daerah lain. Kemudian muncul istilah naksi  jika menggunakan angkutan umum dari satu tempat ke tempat lainnya. Tidak hanya sebutan bagi angkutan umum di daratan saja, sebutan taksi juga merupakan istilah bagi perahu yang digunakan untuk mengangkut penumpang di kepulauan.
Sayang, tidak sebagus sebutannya, taksi ala madura ini bisa dikatakan jauh dari istilah layak. Selain banyak armada yang sudah tua, jumlah armada yang kurang juga menjadi persoalan. Regulasi yang tidak jelas dan tidak tegas juga turut memperburuk, banyak kendaran plat hitam yang juga ikut menjadi “taksi” tanpa takut dirazia.
Selain itu, sistem trayek yang tidak menentu juga menyumbang rumitnya wajah transportasi umum di Madura. Sangat banyak angkutan umum yang beroperasi tidak sesuai dengan ijin trayeknya. Bahkan, dengan sedikit basa-basi si penumpang bisa saja minta diantar ke tempat tujuannya meskipun jauh dari trayek yang seharusnya, ya mungkin dengan ongkos tambahan. Barangkali hal ini yang membuat istilah taksi terasa cocok dengan angkutan umum Madura karena bisa seenaknya bermain trayek
Persoalan tarif angkutan umum yang tidak seragam semakin membuat wajah transportasi umum di Madura kian buruk. Angkutan umum seenaknya mamatok tarif, terlebih bagi orang yang baru menginjakkan kaki di madura. Budaya tawar-menawar juga diterapkan di transportasi madura, anda beruntng jika bisa naik dengan harga murah berkat kegigihan tawar menawar dengan si kenek, menjadi tidak beruntung jika ternyata ongkos yang anda bayarkan jumlahnya lebih, kalau tidak bertanya si kenek akan diam saja.
Oper angkutan, kejadian yang paling sering dialami oleh hampir semua orang madura yang menggunakan angkutan umum. Jadi, anda dipaksa berganti kendaraan lantaran karena anda hanya satu-satunya penumpang di dalam angkutan umum itu. Hal yang cukup menyusahkan terlebih jika kita membawa barang cukup berat. Beruntung jika si sopir bersedia mencarikan angkutan pengganti, kalau tidak beruntung anda akan diturunkan begitu saja. Bisa dibayangkan jika hal ini terjadi menjelang malam. Anda akan kesulitan saat hendak menggunakan angkutan umum saat sore dan malam hari, mayoritas jam operasional angkutan umum di Madura hanya dari pagi hingga siang. Kalaupun ada yang beroperasi hingga sore hari, itu karena si sopir akan kembali pulang kerumahanya. Otomatis, bukan menjadi kemudahan bagi yang tidak punya kendaraan pribadi ketika hendak bepergian selepas sore hari. 
Saya sebenarnya yakin jika pihak terkait sudah membuat regulasi tentang angkutan umum ini. Tetapi kok sampai saat ini saya belum merasakan dampaknya ya. Mulai dari sejak masih anak-anak hingga sekarang dewasa, masih tidak ada progres positif tentang trasportasi umum di Madura.