Rabu, 02 Desember 2015

Kekuataan Foto Dalam Promosi Wisata

Beberapa waktu kemarin Jogjakarta dihebohkan dengan peristiwa pengerusakan taman bunga amarylis oleh pengunjung. Saya bilang dirusak karena pengunjung datang dan berfoto-foto tanpa memperhatikan kondisi taman, mereka menginjak tanaman hanya untuk bisa berfoto. Sungguh hal yang sangat disayangkan, padahal bunga Amarylis ini konon hanya berbunga sekali dalam setahun. Pengunjung berbondong mendatangi taman bungan ini lantaran karena sebelumnya ada sebuah foto yang diunggah di instagram, akhirnya banyak orang penasaran unutk mendatangi langsung.



Melihat foto memang adalah hal yang pertama dilakukan orang saat akan berwisata. Foto-foto tentang sebuah lokasi wisata akan menjadi daya tarik bagi calon wisatawan. Foto yang bagus akan membuat wisawatan penasaran dan kemudian akan mendatangi tempat wisata tadi. Banyak lokasi wisata yang menjadi populer berkat adanya foto-foto yang disebarkan, baik oleh pengelola atau dari pengunjung.

Saat ini, dunia pariwisata tidak dapat dipisahkan dari promosi visual. Promosi visual memang lebih menjual daripada promosi yang hanya berupa teks. Banyak lokasi wisata yang sengaja menampilkan hanya foto-foto dan video di websitenya. Memang, langkah ini terbukti berhasil menarik minat pengunjung. Para wisatawan akan berbondong berkunjung hanya karena melihat sebuah fot saja. 



Realita yang terjadi adalah tempat wisata yang dikelola oleh pihak swasta cenderung lebih menarik dalam segi promosinya. Pengelola swasta ini lebih menampilkan promosi dengan format selalu baru. berbeda jauh dengan lokasi wisata yang masih dikelola oleh pemerintah, cenderung ketinggalan jaman. Tidak jarang sarana promosi memakai foto-foto lama yang sudah berbeda dari kondisi sebenarnya.

Jika berbicara tentang Pulau Madura, menurut saya wiasata Madura masih belum dipandang sebuah aset berharga yang seharusnya segera dikembangkan dan dibenahi. Pariwisata Madura sebenarnya merupakan asest yang cukup menjanjikan, terdapat wisata pantai, kuliner, budaya, religi, dan bahkan wisata minat khusus seperti wisata bawah laut atau memancing. Kalau masih belum dipandang bagaimana mau mempromosikan secara maksimal? Media promosi yang digunakan juga terkesan jadul, terlebih foto yang dipakai juga foto lama yanmg jauh berbda dengan kondisi yang ada.



Justru realita yang terjadi saat ini adalah  wisata di Madura lebih dikenal karena foto-foto yang diambil oleh pengunjung. Campur tangan pemerintah daerah baru datang setelah lokasi wisata tadi lebih dahulu populer di media sosial. Sebagai contoh adalah bukit Jeddih di Bangkalan, sebelumnya tidak ada yang sadar jika perbukitan kapur ini bisa menjadi lokasi wisata dengan popularitas tinggi. Berkat ribuan foto di media sosial akhirnya bukit Jeddih menjadi begitu populer. 

Kekuatan sebuah foto memang begitu kuat sebagai sebuah sarana promosi wsiata. Tidak hanya menjadi media visual belaka, sebuah foto bisa mewakili keterangan verbal dengan mudah. Cukup melihat foto orang akan tahu, lalu akan tertarik untuk berkunjung. Kemudian akan membuat foto yang sama untuk disebarkan lagi melalui media sosial. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar